HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
A.
KONSEP
MANUSIA MENURUT ISLAM
1.
Hakikat
Manusia
Di dalam Al Qur’antelah dijelaskan gambaran konkret tentang manusia,
dan penyebutan nama manusia tidak hanya satu macam. Azra dkk (2002:3/161)
mengemukakan bahwasanya di dalam Al Qur’an ada 3 istilah nama untuk manusia :
al-basyar, al-nas, dan al-insan. Sedangkan DEPAG RI menyebutkan 5 istilah untuk
manusia , yaitu bani adam, basyar, nas, insan dan ‘abd.
a.
Bani Adam
Bagi manusia didasarkan pada
tinjauan historis, karena manusia adalah bani adam “anak cucu adam”. Silsilah
manusia semuanya berhulu dari Nabi Adam, seperti dalam firman Allah SWT, QS
Yasin ayat 60 :
أَلَمْ
أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَن لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ
لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“bukankah aku telah memerintahkan kepadamu hai bani
adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagi kamu”
b.
Basyar
Kata basyar mulanya berarti
penampakan sesuatu dengan baik dan indah, kemudian lahir basyarah yang berarti
kulit. Jadi, istilah basyar ini menunjukkan bahwa kulit manusia tampak jelas
berbeda dari kulit hewan.
وَمِن
اٰيٰتِهۤ اَن خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ اِذَاۤ اَنتُم بَشَرٌ تَنتَشِرُونَ
“ Di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia
menciptakan kamudari tanah, tiba-tiba kamu menjadi manusia yang berkembang baik
“(Ar Rum 20)
c.
Insan
Secara intelektual yakni
manusia merupakan makhluk terbaik yang diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu
pengetahuan.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya
Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS At Tin 4)
d.
Nas
Secara sosiologis, manusia
disebut nas yang menunjukkan kecenderungan untuk berkelompok dengan sesama
jenisnya, Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ
وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
“wahai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal” (al hujurat 13)
Penulis tidak memasukkan ‘abd sebagai salah satu penyebutan
untuk manusia karena ‘abd yang artinya “hamba” juga berlaku untuk makhluk
lain yang diperintahkan untuk ibadah, misalnya jin.
2. Potensi
Manusia
Sebagai makhluk ciptaan Allah, manusia memiliki potensi
yang dapat dilakukan manusia dalam mewujudkannya. Sebab
Allah telah memberi petujuk tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
dan ia juga memberikan kebebasan untuk memilih diantara keduanya.
Seperti
dalam Q.S al-Kahfi: 29 yang artinya: “ Siapa yang hendak beriman, silahkan
beriman. Siapa yang hendak kafir silahkan juga kafir.”
Potensi positif dan
negatif manusia yang diterangkan di
dalam al-Qur’an, antara lain, meliputi :
a. Potensi positif, diantaranya :
1)
Manusia memiliki fitrah beragama tauhid,
yakni bertuhan hanya kepada Allah (Q.S al-Rum :30)
2)
Manusia diciptakan dalam bentuk dan
keadaan yang sebaik-baiknya (Q.S al-Tin:5)
3)
Manusia adalah makhluk Allah yang paling
mulia (Q.S al-Isra’ :70)
4)
Manusia adalah makhluk Alah yang
terpintar (Q.S al-Baqarah:31-33, al-Naml: 38-40)
5)
Manusia adalah makhluk Allah yang
terpercaya untuk memegang amanat (Q.S al-Ahzab :72)
b. Potensi Negatif, diantaranya :
1)
Manusia adalah makhluk yang lemah (Q.S
al-Nsa’ :28)
2)
Manusia adalah makhuk yang suka keluh
kesah (Q.S al-Ma’arij : 19)
3)
Manusia adalah makhluk dholim dan ingkar
(Q.S Ibrahim: 34)
4)
Manusia adalah makhluk yag suka membantah
(Q.S al-Kahfi: 54)
5)
Manusia adalah makhluk yang suka
melewati batas (Q.S al-Alaq: 6-7)
Sifat-sifat
manusia yang mengarah kepada potensi positif atau negatif melalui uraian
tentang fitrah, nafsu, qalb dan akal, adalah sebagai berikut :
a) Fitrah
Diartikan sebagai penciptaan atau kejadian. Ini diartikan
bahwa fitrah manusia adalah kejadiannya sejak
semula atau bawaan sejak lahir yang merupakan penciptaan Allah
b) Nafs
(Nafsu atau jiwa)
Diartikan sebagai syahwat (nafsu) dan juga jiwa. Dapat
dikatakan bahwa nafs menunjuk kepada sisi dalam manusia yang berpotensi baik
dan buruk, yang diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang mendorong manusia
untuk berbuat kebaikan atau keburukan.
c) Qalb
(Hati)
Secara bahasa, qalb
berarti bermakna membalik, karena sering membolak balik, terkadang senang,
sedih, adakalanya setuju dan menolak.
d) Aql
( akal)
Akal
adalah sesuatu yang
mengingat atau menghalangi seseorang agar tidak terjerumus kedalam kesalahan,
atau dosa.
3.
Persamaan
dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain
a) Persamaan
dan Perbedaan Manusia dengan Hewan
Manusia
dan hewan sama-sama memiliki nafsu, akan tetapi manusia juga dilengkapi dengan
akal dan hati yang tidak dimiliki oleh hewan. Dengan akal dan hatinya manusia
mampu mencari rezeki, membedakan rezeki dan proses pencariannya antara yang
halal dengan yang haram.
b) Persamaan
dan Perbedaan Manusia dengan Malaikat
Perbedaanya
itu Malaikat diciptakan dari cahaya (nur) sedangkan manusia di ciptakan dari
tanah (thin). Manusia memiliki akal , hati dan nafsu sedangkan malaikat hanya
memilki akal dan tidak memiliki nafsu. Jika akal dan hati yang dikembangkan,
manusia akan mampu melampaui kemuliaan yang dimiliki malaikat.
c) Persamaan
dan Perbedaan Manusia dengan Jin
Persamaanya
adalah adalah sama-sama makhuk ciptaan Allah. Seangkan perbedaan antara manusia
dengan jin adalah, manusis adalah makhluk Allah yangg terdiri dari jalinan
unsur jasmaniah dan rohaniah, sedangkan
jin hanya terdiri dari unsur rohaniah saja, karenanya jin termasuk makhluk gaib
yang di ciptakan dari api.
B.
ASPEK-ASPEK
YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MANUSIA
Sebagai makhluk
sosial, manusia dalam hidupnya sudah membawa potensi fitrah sejak lahir dan
banyak memperoleh pengalaman dari lingkungannya, terutama lingkungan
terdekatnya
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ. فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ.
Artinya : “setiap
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau
Majusi” (HR. Bukhori Juz 2 HAL 125)
Hadist tersebut menunjukkan betapa
besar pengaruh orang-orang terdekat dalam hidup manusia. Para ahli mengatakan
bahwa secara garis besar ada 2 faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu
:
1. Faktor Personal : faktor yang datang dari
diri individu, meliputi faktor biologis dan sosiopsikologis
2. Faktor situasional : faktor yang berasal
dari luar individu, termasuk lingkungan.
C.
KEDUDUKAN DAN TUJUAN
PENCIPTAAN MANUSIA
Dalam pandangan
islam, manusia diberi dua kedudukan yang mulia oleh Allah, yaitu sebagai hamba
(‘abdullah) dan khalifah Allah. Kedudukan manusia itu unik, ia berada diantara
binatang dan malaikat. Ia bisa naik ke kedudukan yang sama dengan malaikat
apabila bisa mengendalikan hawa nafsunya. Mereka bahkan bisa lebih tinggi dari
derajat malaikat. Rasullah adalah manusia yang berhasil menembus tempat yang
tidak dapat ditembus malaikat, yaitu Sidratul
Muntaha dan Mustawa. Sebaliknya manusia akan turun derajatnya
seperti binatangapabila ia menuruti hawa nafsunya. Bahkan mereka bisa lebih
rendah dari pada binatang.
Tujuan Penciptaan
manusia adalah agar manusia beribadah kepada Alllah sesuai yang tertera dalam
Q.S al-Dzariyah : 56-57 Arti kata beribadah di sini berarti bahwa manusia harus
mengabdi, berbakti dan menghambakan diri kepada Allah SWT. Beribadah harus diartikan secara luas , yaitu
meliputi ketaatan , ketundukan dan kepatuhan atas ketentuan dan kehendak yang
telah ditetapkan oleh Allah dalam menjalankan hidup dimuka bumi ini, baik yang
menyangkut habl min Allah wa habl min
al-nas yang diwujudkan dalam bentuk iman dan amal saleh.
D.
PERAN
DAN TANGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI
KHOLIFAH DAN HAMBA ALLAH
1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna yang
esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan
manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan,
kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh
karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun
naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia
diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan
dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu
tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan
alam.
Khalifah
berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah
memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang
diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
E.
IKHTISAR
MEREALISASIKAN TUGAS HIDUP MANUSIA
Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, bahwa tugas
manusia adalah menjadi khalifah di bumi. Tugas sebagai khalifah sebagaimana
firman Allah Swt :
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا
الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا * لِيُعَذِّبَ اللَّهُ
الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ
اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu amat zalim dan amat bodoh. Sehingga Allah mengadzab orang-orang munafik
laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan
sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS. Al-Ahzab:
72-73)
Tampak
pada ayat tersebut, bahwasanya manusia harus lebih mementingkan kewajiban
daripada menuntut hak. Karena istilah yang populer di dalam islam “ al-wajibaat
wal huquuq” (kewajiban dan hak). Upaya untuk merealisasikan tugas hidup
tersebut harus dilakukan secara maksimal dan sesuai kemampuan. Agar sukses
mengemban sebagai khalifah, manusia dapat melaksanakan upaya sebagai berikut :
a.
Berilmu yang memadai
b.
Bertindak secara nyata
c.
Mencari lingkungan yang baik
d.
Berdoa
e.
Menjaga hati
f.
Semua dilengkapi dengan bertawakal
No comments:
Post a Comment