Semoga
Takdir Menyatukan Kita
Pagi
ini adalah awal dari perjalananku menempuh pendidikan formal di sekolah
menengah atas di kotaku. Awalnya aku tak meyangka bisa bersekolah di sini
dimana sekolah ini termasuk sekolah favorit dan sekolah ternama di kotaku. Bisa
dibilang ini sebuah kebanggaan tersendiri, tetapi selain kebanggaan terdapat
juga resiko dan beban yang harus dihadapi seperti tugas yang menumpuk dan
ulangan yang berulang-ulang. Syukurlah, walaupun aku mempunyai tugas yang
begitu banyak, aku selalu senang dan bersemangat untuk menyelesaikan karena aku
juga mempunyai kelas yang begitu erat rasa kebersamaannya walaupun ada 1 atau 2
temanku yang cuek. Semangat belajarku bertambah besar ketika aku mempunyai
kelompok belajar. Kelompok belajar inilah yang sering membantuku untuk
menyelesaiakan tugas-tugas yang aku merasa kesulitan dalam tugas tersebut. Tak
hanya itu, kami juga sering sharing
tentang kehidupan kami. Kelompok belajar ini beranggotakan 9 termasuk aku,
mereka adalah Liana, Ninda, Muti, Vita, Rini, Putri, Ana dan Ara. Diantara
kedelapan temanku ini mereka mempunyai ciri khas masing masing, Liana, Muti,
Vita dan Putri mereka mempunyai kesamaan yaitu suka banget ngemil dan wisata
kuliner dan gak heran kalau tubuh mereka ya bisa di bilang agak gendut.
Sedangkan Ninda, Rini, Ana dan Ara berbeda, mereka lucu karena mereka selalu
menghibur kami dimana mereka tak kehabisan ide untuk melakukan itu.
Setelah 3 bulan bersama mereka, aku
merasakan kalau hidupku ini penuh warna. Untuk menjaga kebersamaan ini. Liana
mengusulkan untuk memberi nama untuk kelompok belajar ini dan saat kami sedang
sibuk mencari nama, tiba tiba ada seorang kakak kelas yang memerintahkan kami
untuk segera menuju ke lapangan basket, karena seseorang tadi tak memberitahu
alasan mengapa kami di suruh ke lapangan akhirnya mau tidak mau kami ke
lapangan dengan rasa penasaran. Dan ketika tiba di lapangan basket, ternyata
akan dilaksanakannya orasi calon ketua osis di sekolah ini. Tetapi kami semua
tak tahu siapa saja calon dari ketua osis tersebut. Tak lama kemudian calon
ketua osis itu masuk ke lapangan basket lewat gerbang sisi kanan, dari situlah
aku merasakan sesuatu yang berbeda ketika melihat peserta calon ketua osis no
3. Kakak calon ketua osis yang satu ini
beda dengan yang lain mulai dari cara berjalan,
senyuman dan mimik wajah yang mempunyai kharisma tersendiri. Hati ini
aneh, entah apa yang terjadi dengan diriku. Satu jam pun berlalu dan kini waktunya
kakak itu berorasi. Nampaknya gemuruhpun terjadi mulai dari tribun sebelah
barat, timur, utara hingga selatanpun semua bersorak sorak. Ketika kakak itu
berorasi entah mengapa aku terpaku diam melihatnya berbicara dan senyumnya yang
manis itu. Ingin sekali hati ini bisa mengenal sosok kakak kelas yang ramah
itu, tetapi apa daya diriku. “Hey! Ngeliatin apaan sih, kok senyum senyum
sendiri?” tegur Liana, “Oh,enggak kok” dengan sentak lamunanku pun hilang. “Aaaa,
jangan jangan kamu suka sama kakak itu
ya? Ciyeee” , aku pun tersipu malu.
Hari terus berlalu, dan semenjak itu
ada perasaan yang mengganjal di hatiku setiap aku bertemu dengannya. Ketika aku
hendak pergi ke kantin bersama Liana dan Ninda,tak sengaja aku melihat kakak
itu dan dengan spontan aku langsung salah tingkah gak karuan, sehingga Liana
dan Ninda curiga dengan tingkahku yang tiba tiba berubah. “Tuh kan, kamu beda
kalau ngeliat kakak itu” sahut Liana, “Kakak siapa sih? Kakak Baim itu kah? ”
tanya Ninda dengan nada keponya. “Emmb, enggak kok” jawabku dengan gugup, “Sudahlah,
ngaku saja” sentil Liana. Aku pun tersipu malu dan aku berusaha lari menuju
kelas meninggalkan mereka, tetapi aksiku gagal, tangan Ninda dengan spontan
menarik lenganku. “Kamu benar benar suka
kak Baim yaa??” ucap Ninda dengan suara khasnya yang centil banget. Karena
desakan mereka terus, akhirnya pun aku jujur sama mereka berdua. Spontan mereka
pun tertawa dan menggodaku, “Ciyeeeeee, Visy”. Aku pun langsung menyubit mereka
berdua. Dikelaspun mereka berdua langsung heboh dan semangat banget
menceritakan kabar ini kepada teman-teman. Setiap kak Baim lewat di depan
kelasku, kelasku ini serasa pasar pagi
yang selalu gaduh, bersorai-sorai dan selalu menggodaku. “Hafyuuuuh” keluhku.
Aku hanya bisa diam tersipu malu.
Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa di cintai
Tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia
Dengan hidupmu, dengan hidupmu
Telah lama kupendam perasaan itu
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
Bahagia untukku, bahagia untukku
Ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
Meski ku tunggu hingga ujung waktuku
Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejab saja
Mengagumi tanpa di cintai
Tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia
Dengan hidupmu, dengan hidupmu
Telah lama kupendam perasaan itu
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
Bahagia untukku, bahagia untukku
Ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
Meski ku tunggu hingga ujung waktuku
Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejab saja
Bel
pulang terdengar kencang di areal kelasku, dan siang ini kami bersembilan ada
rencana mengerjakan tugas bersama di rumah Ara. Setiba di rumah Ara, aku pun seperti
tersangka yang di introgasi. Pertanyaan demi pertanyaan terlontar kepadaku dan
pertanyaan itu semua menjurumus pada kejadian tadi di kantin sekolah. Dengan
malu-malu aku pun bercerita semuanya. Dan ternyata salah satu dari kami ada
yang ngefans sama teman sekelas dari kak Baim, ternyata Ana ngefans sama kak
Jiz tetangga kompleks perumahannya. Mengerjakan tugaspun dimulai, di
tengah-tengah kesibukan mengerjakan tugas, diam-diam Ana sms.an sama kak Baim.
Dia menanyakan no hp kak Jiz dan ternyata dia beruntung banget bisa dapat no hp
seseorang yang dia fans. Dengan iseng aku
pun mencoba memberanikan diri untuk mengambil alih hp Ana untuk mengirim pesan
sms kepada kak Baim. Waktu semakin sore, kami harus pulang dan dengan terpaksa
aku harus mengakhiri sms.an sama kak Baim.
Keesokan harinya, aku menerima sms
dari teman baik SMP ku yang sekarang satu sekolah sama aku dan ternyata dia juga
satu kost sama kak Baim. Sebut saja Fikri, dia sms menanyakan tentang acara
reuni akbar minggu depan yang kebetulan akan di adakan di SMP kami dulu minggu.
Setelah cukup jelas tentang informasi itu, tiba-tiba topik pun berganti. “Dengar-dengar
kamu suka sama kak Baim ya?” tanya Fikri, “Hah??” balasku. “Apa benar kamu suka
sama kak Baim? Kalau iya, jujur aja deh gak papa kok! Kan kita best friend hehe”.
Aku terkejut, “Eemmmb” balasku, “Ayo dong ngaku, aku kan teman baikmu”, dengan
memberanikan diri, aku pun membalasnya “hehe, iya.. tapi jangan bilang sama
kakaknya ya, pliiis” . “Oke beres bos.Tapi apa serius?” balasnya. “Terserah
kamu ajah lah” balasku, “Just kidding
Vis, aku percaya kamu kok, hehehe”. Topik sms an sore itu pun seputar kak Baim.
Dia menggodaku Seperti
sahabat-sahabatku yang suka menggodaku. Tepat
pukul 07.07 ada pesan masuk yang nomernya tak aku kenali. “Apa benar ini nomernya adek
Visy?” , “Oh iya, benar. Ini siapa ya?”. “Ini aku kak Baim. Maaf ya, sebenarnya
tadi yang sms pakek nomernya Fikri itu sebagian aku”. Serentak aku langsung
gugup, bingung, senang, grogi campur aduk semua jadi satu. “Oh iya, gak papa
kak.” Hanya kata-kata itu yang bisa aku balas. Hatiku serasa berbunga-bunga,
“Mimpi apa aku semalem?” tanyaku pada diriku. Moment ini pun berlanjut, setiap
sore dan malam sehabis belajar kak Baim selalu sms aku, dan dengan berjalannya
waktu, grogiku dengan sendirinya mulai menghilang. Entah mengapa kami begitu
akrab,terbuka satu sama lain.
Waktu terus berjalan dan tak terasa
sudah empat bulan kami berteman dan smsan tanpa henti. Dan tak terasa hubungan
kami semakin dekat dan akrab, namun kami tak pernah bertatap muka langsung.
Saat pembagian kartu pelajar oleh ketua kelasku, ternyata kartu pelajarku tidak
ada dan tiba –tiba muncul sosok kakak kelas yang aku kenal dan ternyata itu kak
Baim. Dia sengaja membawa kartu pelajarku dan memberikan secara pribadi
kepadaku. Saat itu suasana kelas sangat gaduh, teman-teman sekelasku
menggodaku. “Ciyee, ciyeee” kata kata itu acapkali di ucapkan oleh Ninda dan
Vita. Dengan rasa malu aku pun langsung duduk ke bangkuku dan meninggalkan kak
Baim, dia pun langsung pergi menuju kelasnya. Semakin lama, semakin dekat juga
hubungan kami.”Sepertinya dia suka deh sama kamu, bukan suka ajah si, tapi juga
cinta” kata Ara, “Apa kamu udah jadian?”
tanya Muti. “belum” jawabku, “padahal kan sudah lima bulan lebih? Gaya smsan
kalian juga seperti orang pacaran!” sahut Putri, “ya mau gimana lagi, kak Baim
gak boleh pacaran sama kakaknya”. “itu sama kakaknya kan? Bukan sama orang
tuanya kan?” tanya Vita. “Kalau begini terus itu namanya kamu di gantungin sama
kakak itu” sahut Liana, “Di gantungin gimana?” tanyaku dengan penuh tanda
tanya, “Kalau dia deket sama cewek lain kamu gak berhak cemburu padanya, mau
ngelarang-ngelarang apa-apa gak bisa, serba di batasin deh” jawab muti, “Ooo,
gitu yaa??” jawabku dengan setengah tak mengerti.
Sepulang sekolah, aku kefikiran apa
yang di katakan Liana dan muti. “Benar juga sih” gumamku dalam hati. Malam itu
bertepatan dengan malam minggu, aku bertekad menanyakan tentang kejelasan
hubungan kami. “Aku bingung, dimana hatiku ingin memperjelas hubungan ini
dengan menjadikanmu pacar aku,tetapi di sisi lain kakakku melarangku untuk
berpacaran”, “Terus?” tanyaku, “Dijalani saja dulu, kalau memang waktunya pasti
itu terwujud, tapi kalau enggak ya kita hanya sebatas teman atau kakak adik”.Itu
balasan sms yang aku terima pada malam itu, spontan hatiku langsung datar,
terbayang-bayang akan korban PHP seorang kakak kelas. Semenjak saat itu, kita
berdua tak saling smsan, telefon, chatting hingga seminggu, di sekolahpun yang
biasanya kami saling sapa, kali ini saling diam membisu. Di Jumat malam ini,
tiba-tiba kak Baim mengirim pesan padaku “Assalamualaikum”,
“Waalaikumsalam”,kami sempat berdebat sedikit waktu itu dan akhirnya ku
menemukan pesan berisi “Bismillahirrohmanirrohim, semoga apa yang aku ucapkan
ini merupakan awal dari perjalanan kita berdua, semoga awalnya indah dan
berakhirnya juga indah.. Aku sayang kamu, apakah kamu mau menerima cintaku?”.
Gak nyangka ternyata kak Baim so sweet banget. Dengan perasaan senang aku pun
membalas “Amin, Insya Alloh iya.. makasih ya kak” .”sama-sama, sekarang kita
udah resmi pacaran kan?”, “Iya dong, pacaran yang positif tentunya, hehe”
balasku.
Akhirnya kumenemukanmu
Saat hati ini mulai merapuh
Akhirnya kumenemukanmu
Saat raga ini ingin berlabuh
Kuberharap engkaulah
Jawaban segala risau hatiku
Dan biarkan diriku
Mencintaimu hingga ujung usiaku
Saat hati ini mulai merapuh
Akhirnya kumenemukanmu
Saat raga ini ingin berlabuh
Kuberharap engkaulah
Jawaban segala risau hatiku
Dan biarkan diriku
Mencintaimu hingga ujung usiaku
Jika nanti ku sanding dirimu
Miliki aku dengan segala kelemahanku
Dan bila nanti engkau disampingku
Jangan pernah letih tuk mencintaik, bintang hatiku
Miliki aku dengan segala kelemahanku
Dan bila nanti engkau disampingku
Jangan pernah letih tuk mencintaik, bintang hatiku
***
Satu
tahun pun berlalu, hari ini dimana tepat hari anniversary ku dengannya yang ke satu
tahun. Waktu malam datang, hpku berdering pertanda ada pesan masuk, pesan yang
berisikan “Katanya setia, tapi mana buktinya?” ternyata itu dari kak Baim.Aku
terkejut membaca itu, aku mencoba bertanya apa maksutnya serta menjelaskan
semuanya bahwa aku tidak pernah menduakannya. Selama ini larangan berdekatan
dengan cowok lain telah aku lakukan, “Ada apa ini? apa yang sebenarnya
terjadi?” dalam hatiku bertanya. Perdebatan-perdebatan terjadi pada malam itu
dan tak terasa air mata ini membasahi pipiku. Malam itu kak Baim mengajakku
bertemu di keesokan harinya “Besok kita harus bertemu dan aku akan membawakan
bukti-buktinya”, aku semakin bingung dengan semua ini, “Ya Rabb, ada apa ini sebenarnya”
tanyaku dalam hati. Air mata berlinang hingga ku tertidur.
Keesokan harinya kami bertemu di
taman kota dekat tempat tinggal kak Baim. Dia marah-marah padaku dan di tengah
kemarahannya ternyata dia mengucapkan “Happy
anniversary 1st adek kecil, maaf ya tadi malem sudah bikin kamu menangis
dan barusan sudah marah-marah ke kamu”, aku hanya terdiam menahan air mata yang
semakin menumpuk di mataku. “Ini buat kamu dek, aku sayang kamu. Sekali lagi
maaf ya” ulasnya sambil memberikan setangkai
mawar merah yang melambangkan cinta dan setangkai mawar putih yang melambangkan
kasih sayang serta kue tart berbentuk love berhiaskan bunga warna biru dan
pink. “Hmm, terimakasih banyak ya kak. Aku juga sayang kakak” jawabku.
Tak terasa aku sudah kelas sebelas
dan hari ini terakhir kalinya aku bertemu di sekolah karena besok adalah hari prosesi wisuda kelas dua belas. “Besok
terakhir kalinya kak Baim melihat kelas kamu, sebenarnya kakak berat banget
meninggalkanmu seorang diri di sekolah, tetapi ini harus aku lakukan karena ini
adalah jalan awal kak Baim menuju kesuksesan, jangan bersedih dan jangan lelah
tuk menungguku, jika takdir menyatukan cinta kita, Insya Allah aku akan kembali
padamu dengan kekuatan cinta dan kasih sayang yang besar dengan izin Allah .”
aku hanya terdiam dan meneteskan air mata mendengar kata-kata itu.
Kepanjen,
6 November 2013
Cerpenist
Vina
Mutammima
No comments:
Post a Comment