Thursday, August 28, 2014

Cerpen Cinta

Semoga Takdir Menyatukan Kita
Pagi ini adalah awal dari perjalananku menempuh pendidikan formal di sekolah menengah atas di kotaku. Awalnya aku tak meyangka bisa bersekolah di sini dimana sekolah ini termasuk sekolah favorit dan sekolah ternama di kotaku. Bisa dibilang ini sebuah kebanggaan tersendiri, tetapi selain kebanggaan terdapat juga resiko dan beban yang harus dihadapi seperti tugas yang menumpuk dan ulangan yang berulang-ulang. Syukurlah, walaupun aku mempunyai tugas yang begitu banyak, aku selalu senang dan bersemangat untuk menyelesaikan karena aku juga mempunyai kelas yang begitu erat rasa kebersamaannya walaupun ada 1 atau 2 temanku yang cuek. Semangat belajarku bertambah besar ketika aku mempunyai kelompok belajar. Kelompok belajar inilah yang sering membantuku untuk menyelesaiakan tugas-tugas yang aku merasa kesulitan dalam tugas tersebut. Tak hanya itu, kami juga sering sharing tentang kehidupan kami. Kelompok belajar ini beranggotakan 9 termasuk aku, mereka adalah Liana, Ninda, Muti, Vita, Rini, Putri, Ana dan Ara. Diantara kedelapan temanku ini mereka mempunyai ciri khas masing masing, Liana, Muti, Vita dan Putri mereka mempunyai kesamaan yaitu suka banget ngemil dan wisata kuliner dan gak heran kalau tubuh mereka ya bisa di bilang agak gendut. Sedangkan Ninda, Rini, Ana dan Ara berbeda, mereka lucu karena mereka selalu menghibur kami dimana mereka tak kehabisan ide untuk melakukan itu.
            Setelah 3 bulan bersama mereka, aku merasakan kalau hidupku ini penuh warna. Untuk menjaga kebersamaan ini. Liana mengusulkan untuk memberi nama untuk kelompok belajar ini dan saat kami sedang sibuk mencari nama, tiba tiba ada seorang kakak kelas yang memerintahkan kami untuk segera menuju ke lapangan basket, karena seseorang tadi tak memberitahu alasan mengapa kami di suruh ke lapangan akhirnya mau tidak mau kami ke lapangan dengan rasa penasaran. Dan ketika tiba di lapangan basket, ternyata akan dilaksanakannya orasi calon ketua osis di sekolah ini. Tetapi kami semua tak tahu siapa saja calon dari ketua osis tersebut. Tak lama kemudian calon ketua osis itu masuk ke lapangan basket lewat gerbang sisi kanan, dari situlah aku merasakan sesuatu yang berbeda ketika melihat peserta calon ketua osis no 3.  Kakak calon ketua osis yang satu ini beda dengan yang lain mulai dari cara berjalan,  senyuman dan mimik wajah yang mempunyai kharisma tersendiri. Hati ini aneh, entah apa yang terjadi dengan diriku. Satu jam pun berlalu dan kini waktunya kakak itu berorasi. Nampaknya gemuruhpun terjadi mulai dari tribun sebelah barat, timur, utara hingga selatanpun semua bersorak sorak. Ketika kakak itu berorasi entah mengapa aku terpaku diam melihatnya berbicara dan senyumnya yang manis itu. Ingin sekali hati ini bisa mengenal sosok kakak kelas yang ramah itu, tetapi apa daya diriku. “Hey! Ngeliatin apaan sih, kok senyum senyum sendiri?” tegur Liana, “Oh,enggak kok” dengan sentak lamunanku pun hilang. “Aaaa, jangan jangan kamu suka  sama kakak itu ya? Ciyeee” , aku pun tersipu malu.
            Hari terus berlalu, dan semenjak itu ada perasaan yang mengganjal di hatiku setiap aku bertemu dengannya. Ketika aku hendak pergi ke kantin bersama Liana dan Ninda,tak sengaja aku melihat kakak itu dan dengan spontan aku langsung salah tingkah gak karuan, sehingga Liana dan Ninda curiga dengan tingkahku yang tiba tiba berubah. “Tuh kan, kamu beda kalau ngeliat kakak itu” sahut Liana, “Kakak siapa sih? Kakak Baim itu kah? ” tanya Ninda dengan nada keponya. “Emmb, enggak kok” jawabku dengan gugup, “Sudahlah, ngaku saja” sentil Liana. Aku pun tersipu malu dan aku berusaha lari menuju kelas meninggalkan mereka, tetapi aksiku gagal, tangan Ninda dengan spontan menarik  lenganku. “Kamu benar benar suka kak Baim yaa??” ucap Ninda dengan suara khasnya yang centil banget. Karena desakan mereka terus, akhirnya pun aku jujur sama mereka berdua. Spontan mereka pun tertawa dan menggodaku, “Ciyeeeeee, Visy”. Aku pun langsung menyubit mereka berdua. Dikelaspun mereka berdua langsung heboh dan semangat banget menceritakan kabar ini kepada teman-teman. Setiap kak Baim lewat di depan kelasku, kelasku  ini serasa pasar pagi yang selalu gaduh, bersorai-sorai dan selalu menggodaku. “Hafyuuuuh” keluhku. Aku hanya bisa diam tersipu malu.
Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa di cintai
Tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia
Dengan hidupmu, dengan hidupmu

Telah lama kupendam perasaan itu
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
Bahagia untukku, bahagia untukku

Ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
Meski ku tunggu hingga ujung waktuku
Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejab saja
           
Bel pulang terdengar kencang di areal kelasku, dan siang ini kami bersembilan ada rencana mengerjakan tugas bersama di rumah Ara. Setiba di rumah Ara, aku pun seperti tersangka yang di introgasi. Pertanyaan demi pertanyaan terlontar kepadaku dan pertanyaan itu semua menjurumus pada kejadian tadi di kantin sekolah. Dengan malu-malu aku pun bercerita semuanya. Dan ternyata salah satu dari kami ada yang ngefans sama teman sekelas dari kak Baim, ternyata Ana ngefans sama kak Jiz tetangga kompleks perumahannya. Mengerjakan tugaspun dimulai, di tengah-tengah kesibukan mengerjakan tugas, diam-diam Ana sms.an sama kak Baim. Dia menanyakan no hp kak Jiz dan ternyata dia beruntung banget bisa dapat no hp seseorang yang  dia fans. Dengan iseng aku pun mencoba memberanikan diri untuk mengambil alih hp Ana untuk mengirim pesan sms kepada kak Baim. Waktu semakin sore, kami harus pulang dan dengan terpaksa aku harus mengakhiri sms.an sama kak Baim.
            Keesokan harinya, aku menerima sms dari teman baik SMP ku yang sekarang satu sekolah sama aku dan ternyata dia juga satu kost sama kak Baim. Sebut saja Fikri, dia sms menanyakan tentang acara reuni akbar minggu depan yang kebetulan akan di adakan di SMP kami dulu minggu. Setelah cukup jelas tentang informasi itu, tiba-tiba topik pun berganti. “Dengar-dengar kamu suka sama kak Baim ya?” tanya Fikri, “Hah??” balasku. “Apa benar kamu suka sama kak Baim? Kalau iya, jujur aja deh gak papa kok! Kan kita best friend hehe”. Aku terkejut, “Eemmmb” balasku, “Ayo dong ngaku, aku kan teman baikmu”, dengan memberanikan diri, aku pun membalasnya “hehe, iya.. tapi jangan bilang sama kakaknya ya, pliiis” . “Oke beres bos.Tapi apa serius?” balasnya. “Terserah kamu ajah lah” balasku, “Just kidding Vis, aku percaya kamu kok, hehehe”. Topik sms an sore itu pun seputar kak Baim. Dia menggodaku  Seperti sahabat-sahabatku  yang suka menggodaku. Tepat pukul 07.07 ada pesan masuk yang nomernya  tak aku kenali. “Apa benar ini nomernya adek Visy?” , “Oh iya, benar. Ini siapa ya?”. “Ini aku kak Baim. Maaf ya, sebenarnya tadi yang sms pakek nomernya Fikri itu sebagian aku”. Serentak aku langsung gugup, bingung, senang, grogi campur aduk semua jadi satu. “Oh iya, gak papa kak.” Hanya kata-kata itu yang bisa aku balas. Hatiku serasa berbunga-bunga, “Mimpi apa aku semalem?” tanyaku pada diriku. Moment ini pun berlanjut, setiap sore dan malam sehabis belajar kak Baim selalu sms aku, dan dengan berjalannya waktu, grogiku dengan sendirinya mulai menghilang. Entah mengapa kami begitu akrab,terbuka satu sama lain.
            Waktu terus berjalan dan tak terasa sudah empat bulan kami berteman dan smsan tanpa henti. Dan tak terasa hubungan kami semakin dekat dan akrab, namun kami tak pernah bertatap muka langsung. Saat pembagian kartu pelajar oleh ketua kelasku, ternyata kartu pelajarku tidak ada dan tiba –tiba muncul sosok kakak kelas yang aku kenal dan ternyata itu kak Baim. Dia sengaja membawa kartu pelajarku dan memberikan secara pribadi kepadaku. Saat itu suasana kelas sangat gaduh, teman-teman sekelasku menggodaku. “Ciyee, ciyeee” kata kata itu acapkali di ucapkan oleh Ninda dan Vita. Dengan rasa malu aku pun langsung duduk ke bangkuku dan meninggalkan kak Baim, dia pun langsung pergi menuju kelasnya. Semakin lama, semakin dekat juga hubungan kami.”Sepertinya dia suka deh sama kamu, bukan suka ajah si, tapi juga cinta” kata Ara,  “Apa kamu udah jadian?” tanya Muti. “belum” jawabku, “padahal kan sudah lima bulan lebih? Gaya smsan kalian juga seperti orang pacaran!” sahut Putri, “ya mau gimana lagi, kak Baim gak boleh pacaran sama kakaknya”. “itu sama kakaknya kan? Bukan sama orang tuanya kan?” tanya Vita. “Kalau begini terus itu namanya kamu di gantungin sama kakak itu” sahut Liana, “Di gantungin gimana?” tanyaku dengan penuh tanda tanya, “Kalau dia deket sama cewek lain kamu gak berhak cemburu padanya, mau ngelarang-ngelarang apa-apa gak bisa, serba di batasin deh” jawab muti, “Ooo, gitu yaa??” jawabku dengan setengah tak mengerti.
            Sepulang sekolah, aku kefikiran apa yang di katakan Liana dan muti. “Benar juga sih” gumamku dalam hati. Malam itu bertepatan dengan malam minggu, aku bertekad menanyakan tentang kejelasan hubungan kami. “Aku bingung, dimana hatiku ingin memperjelas hubungan ini dengan menjadikanmu pacar aku,tetapi di sisi lain kakakku melarangku untuk berpacaran”, “Terus?” tanyaku, “Dijalani saja dulu, kalau memang waktunya pasti itu terwujud, tapi kalau enggak ya kita hanya sebatas teman atau kakak adik”.Itu balasan sms yang aku terima pada malam itu, spontan hatiku langsung datar, terbayang-bayang akan korban PHP seorang kakak kelas. Semenjak saat itu, kita berdua tak saling smsan, telefon, chatting hingga seminggu, di sekolahpun yang biasanya kami saling sapa, kali ini saling diam membisu. Di Jumat malam ini, tiba-tiba kak Baim mengirim pesan padaku “Assalamualaikum”, “Waalaikumsalam”,kami sempat berdebat sedikit waktu itu dan akhirnya ku menemukan pesan berisi “Bismillahirrohmanirrohim, semoga apa yang aku ucapkan ini merupakan awal dari perjalanan kita berdua, semoga awalnya indah dan berakhirnya juga indah.. Aku sayang kamu, apakah kamu mau menerima cintaku?”. Gak nyangka ternyata kak Baim so sweet banget. Dengan perasaan senang aku pun membalas “Amin, Insya Alloh iya.. makasih ya kak” .”sama-sama, sekarang kita udah resmi pacaran kan?”, “Iya dong, pacaran yang positif tentunya, hehe” balasku.
Akhirnya kumenemukanmu
Saat hati ini mulai merapuh
Akhirnya kumenemukanmu
Saat raga ini ingin berlabuh

Kuberharap engkaulah
Jawaban segala risau hatiku
Dan biarkan diriku
Mencintaimu hingga ujung usiaku
Jika nanti ku sanding dirimu
Miliki aku dengan segala kelemahanku
Dan bila nanti engkau disampingku
Jangan pernah letih tuk mencintaik, bintang hatiku

***
Satu tahun pun berlalu, hari ini dimana tepat hari anniversary ku dengannya yang ke satu tahun. Waktu malam datang, hpku berdering pertanda ada pesan masuk, pesan yang berisikan “Katanya setia, tapi mana buktinya?” ternyata itu dari kak Baim.Aku terkejut membaca itu, aku mencoba bertanya apa maksutnya serta menjelaskan semuanya bahwa aku tidak pernah menduakannya. Selama ini larangan berdekatan dengan cowok lain telah aku lakukan, “Ada apa ini? apa yang sebenarnya terjadi?” dalam hatiku bertanya. Perdebatan-perdebatan terjadi pada malam itu dan tak terasa air mata ini membasahi pipiku. Malam itu kak Baim mengajakku bertemu di keesokan harinya “Besok kita harus bertemu dan aku akan membawakan bukti-buktinya”, aku semakin bingung dengan semua ini, “Ya Rabb, ada apa ini sebenarnya” tanyaku dalam hati. Air mata berlinang hingga ku tertidur.
            Keesokan harinya kami bertemu di taman kota dekat tempat tinggal kak Baim. Dia marah-marah padaku dan di tengah kemarahannya ternyata dia mengucapkan “Happy anniversary 1st adek kecil, maaf ya tadi malem sudah bikin kamu menangis dan barusan sudah marah-marah ke kamu”, aku hanya terdiam menahan air mata yang semakin menumpuk di mataku. “Ini buat kamu dek, aku sayang kamu. Sekali lagi maaf  ya” ulasnya sambil memberikan setangkai mawar merah yang melambangkan cinta dan setangkai mawar putih yang melambangkan kasih sayang serta kue tart berbentuk love berhiaskan bunga warna biru dan pink. “Hmm, terimakasih banyak ya kak. Aku juga sayang kakak” jawabku.
            Tak terasa aku sudah kelas sebelas dan hari ini terakhir kalinya aku bertemu di sekolah karena besok  adalah hari prosesi wisuda kelas dua belas. “Besok terakhir kalinya kak Baim melihat kelas kamu, sebenarnya kakak berat banget meninggalkanmu seorang diri di sekolah, tetapi ini harus aku lakukan karena ini adalah jalan awal kak Baim menuju kesuksesan, jangan bersedih dan jangan lelah tuk menungguku, jika takdir menyatukan cinta kita, Insya Allah aku akan kembali padamu dengan kekuatan cinta dan kasih sayang yang besar dengan izin Allah .” aku hanya terdiam dan meneteskan air mata mendengar kata-kata itu.

                                                                                                            Kepanjen, 6 November 2013
                                                                                                                          Cerpenist


                                                                                                                  Vina Mutammima

No comments:

Post a Comment