Indah di Akhir
Judul
Buku : Malam Terakhir
Pengarang : Leila S. Chudori
Penerbit : PT Pustaka Utama Grafiti
Tahun
Terbit : 2004
Cetakan : Ketiga, Agustus 2004
Tebal
Buku : 220 halaman
Leila S Chudori adalah seorang
prnulis cerpen yang memulai menulis karyanya pada saat ia masih remaja dan
dikenal dengan sebagai cerpenis remaja. Ia lahir di Jakarta 12 Desember 1962,
pada tahun 1980-an karya-karyanya memperlihatkan kematangannya sebagai
pengarang. Ia merupakan alumni dari Universitas Trent, Ontario, Kanada tahun
1988. Dalam cerpennya banyak menyajikan kata-kata yang sulit dipahami, para
pembaca harus berimajinasi yang tinggi tantang isi cerpen karyanya.
Dalam
cerpen pertama “Sebuah Buku Merah dan
Karbol”, ia menceritakan tentang dua orang wartawan (atasan dan bawahan)
yang tinggal di sebuah rumah yang penuh dengan misteri. Ia menceritakan
bagaimana kehidupan para wartawan ketika dilanda kesulitan, tokohnya yaitu
Marwan (atasan) dan Suwarto (bawahannya). Marwan merupakan wartawan yang suka
membuat bawahannya berfikir keras untuk memecahkan sebuah masalah, seperti yang
ada pada kalimat, “ Marwan memang gemar
membiarkan para wartawannya mati penasaran karena harus menebak apa yang
dimaksudkannya”. Sedangkan Suwarto adalah wartawan yang sifatnya malas
berfikir, “ Kau memang malas berpikir
suwarto….”.
Dalam
cerpen kedua “Pasien Dokter Gigi Yos”,
ia menceritakan seorang pasien dokter gigi yos yang punya masalah dengan
mulutnya, pasein tersebut datang ke dokter Yos untuk meminta saran bagaiman
cara menyembuhkan giginya, ia dating karena disuruh oleh masyarakat. Padahal
pasien tersebut tidak dalam keadaan sakit gigi, giginya sehat. Namun dokter Yos
mencium bau yang sangat tidak sedap pada mulutnya, kemudian sang pasien diminta
untuk merasakan pil yang rasanya manis. Tetapi sang pasien tidak merasakan
manisnya pil tersebut, malahan ia merasakan pahit yang sangat luar biasa. Pada
hari ke tujuh sang pasien tetap merasakan pil tersebut sangat pahit, akhirnya
dokter Yos menyuruh sang pasien untuk merasakan dengan sungguh-sungguh bahwa
pil tersebut rasanya manis. Akhirnya dengan paksaan yang dilakukan dokter Yos
pasien tersebut merasakan manisnya pil yang dimakannya. Ternyata ia telah
marasakan betapa manisnya sesuatu yang pahit. Itulah maksud dari cerpen ini
“katakanlah walaupun itu pahit (jujur)”.
Dalam
cerpen ketiga “Air Suci Sita”,
diceritakan dua orang tunangan yang siap melangsungkan pernikahan, tetapi sang
lelaki pergi begitu lama. Sang wanita pun berharap tunangannya tidak berpaling
dengan wanita lain. Mereka berpisah selama 4 tahun, mereka telah banyak
mengalami cobaan yang sangat banyak untuk mempertahankan perlangsungan
pernikahannya. Sang lelaki adalah sosok yang sangat setia, meskipun ia jauh
dengan tunangannya ia tetap menjaga kehormatannya sebagai lelaki, ia tidak mau
menyakiti hati tunangaannya walau ia jauh dari hadapannnya. Cerpen ini
menggambarkan tentang kesetiaan seorang lelaki terhadap wanita tunangannya.
Penulis menulisnya dengan membuat pembaca berangan-angan lebih untuk
memahaminya.
Dalam
cerpen keempat “Paranormal”,
diceritakan dalam sebuah keluarga ada seorang anak (namanya Solikha) dari 3 bersaudara yang tidak suka dengan
kelahiran seorang pembantu (namanya Iyah)
dalam rumah tersebut. Seluruh anggota keluarga senang dengan
kehadirannya, tetapi ia selalu gelisah dengan kehadiran anak pembantu itu.
Solikha mempunyai sifat yang senag terhadap anak-anak, terbukti dengan kalimat “aku disebut sebagai solikha yang sangat
mencintai anak”, tetapi ia tidak suka jika seluruh keluargnay suka dengan
anak pembantu. Sampai akhir ceritapun seorang solikha tidak suka dengan anak
pembantu tersebut, sampai-sampai ia berangan-angan untuk melenyapkannya dari
bumi.
Kelebihan karya cerpen seorang Leila
S. Chudorin yaitu penulis selalu membuat pembaca terpancing akan akhir cerita
dalam cerpennya, karena cerpen ini sangat unik. Dilihat dari cara penulis
mempengaruhi pembaca sangat bagus, bahasanya juga unik. Kekurangan dalam
cerpennya yaitu jika seorang pembaca tidak jeli dalam memahami setiap
kalimat dari cerpernnya, maka permbaca
tidak akan mengerti pesan yang terkandung dalam cerpen ini. Banyak kata-kata
sulit yang ia tuliskan.
Kepanjen,
30 September 2013
Resentator,
Afif
Rohman
No comments:
Post a Comment