Thursday, August 28, 2014

Resensi buku Malam Terakhir

Indah di Akhir


 
Judul Buku        : Malam Terakhir
Pengarang         : Leila S. Chudori
Penerbit             : PT Pustaka Utama Grafiti
Tahun Terbit      : 2004
Cetakan             : Ketiga, Agustus 2004
Tebal Buku        : 220 halaman

            Leila S Chudori adalah seorang prnulis cerpen yang memulai menulis karyanya pada saat ia masih remaja dan dikenal dengan sebagai cerpenis remaja. Ia lahir di Jakarta 12 Desember 1962, pada tahun 1980-an karya-karyanya memperlihatkan kematangannya sebagai pengarang. Ia merupakan alumni dari Universitas Trent, Ontario, Kanada tahun 1988. Dalam cerpennya banyak menyajikan kata-kata yang sulit dipahami, para pembaca harus berimajinasi yang tinggi tantang isi cerpen karyanya.
Dalam cerpen pertama “Sebuah Buku Merah dan Karbol”, ia menceritakan tentang dua orang wartawan (atasan dan bawahan) yang tinggal di sebuah rumah yang penuh dengan misteri. Ia menceritakan bagaimana kehidupan para wartawan ketika dilanda kesulitan, tokohnya yaitu Marwan (atasan) dan Suwarto (bawahannya). Marwan merupakan wartawan yang suka membuat bawahannya berfikir keras untuk memecahkan sebuah masalah, seperti yang ada pada kalimat, “ Marwan memang gemar membiarkan para wartawannya mati penasaran karena harus menebak apa yang dimaksudkannya”. Sedangkan Suwarto adalah wartawan yang sifatnya malas berfikir, “ Kau memang malas berpikir suwarto….”.
Dalam cerpen kedua “Pasien Dokter Gigi Yos”, ia menceritakan seorang pasien dokter gigi yos yang punya masalah dengan mulutnya, pasein tersebut datang ke dokter Yos untuk meminta saran bagaiman cara menyembuhkan giginya, ia dating karena disuruh oleh masyarakat. Padahal pasien tersebut tidak dalam keadaan sakit gigi, giginya sehat. Namun dokter Yos mencium bau yang sangat tidak sedap pada mulutnya, kemudian sang pasien diminta untuk merasakan pil yang rasanya manis. Tetapi sang pasien tidak merasakan manisnya pil tersebut, malahan ia merasakan pahit yang sangat luar biasa. Pada hari ke tujuh sang pasien tetap merasakan pil tersebut sangat pahit, akhirnya dokter Yos menyuruh sang pasien untuk merasakan dengan sungguh-sungguh bahwa pil tersebut rasanya manis. Akhirnya dengan paksaan yang dilakukan dokter Yos pasien tersebut merasakan manisnya pil yang dimakannya. Ternyata ia telah marasakan betapa manisnya sesuatu yang pahit. Itulah maksud dari cerpen ini “katakanlah walaupun itu pahit (jujur)”.
Dalam cerpen ketiga “Air Suci Sita”, diceritakan dua orang tunangan yang siap melangsungkan pernikahan, tetapi sang lelaki pergi begitu lama. Sang wanita pun berharap tunangannya tidak berpaling dengan wanita lain. Mereka berpisah selama 4 tahun, mereka telah banyak mengalami cobaan yang sangat banyak untuk mempertahankan perlangsungan pernikahannya. Sang lelaki adalah sosok yang sangat setia, meskipun ia jauh dengan tunangannya ia tetap menjaga kehormatannya sebagai lelaki, ia tidak mau menyakiti hati tunangaannya walau ia jauh dari hadapannnya. Cerpen ini menggambarkan tentang kesetiaan seorang lelaki terhadap wanita tunangannya. Penulis menulisnya dengan membuat pembaca berangan-angan lebih untuk memahaminya.
Dalam cerpen keempat “Paranormal”, diceritakan dalam sebuah keluarga ada seorang anak (namanya Solikha)  dari 3 bersaudara yang tidak suka dengan kelahiran seorang pembantu (namanya Iyah)  dalam rumah tersebut. Seluruh anggota keluarga senang dengan kehadirannya, tetapi ia selalu gelisah dengan kehadiran anak pembantu itu. Solikha mempunyai sifat yang senag terhadap anak-anak, terbukti dengan kalimat “aku disebut sebagai solikha yang sangat mencintai anak”, tetapi ia tidak suka jika seluruh keluargnay suka dengan anak pembantu. Sampai akhir ceritapun seorang solikha tidak suka dengan anak pembantu tersebut, sampai-sampai ia berangan-angan untuk melenyapkannya dari bumi.
            Kelebihan karya cerpen seorang Leila S. Chudorin yaitu penulis selalu membuat pembaca terpancing akan akhir cerita dalam cerpennya, karena cerpen ini sangat unik. Dilihat dari cara penulis mempengaruhi pembaca sangat bagus, bahasanya juga unik. Kekurangan dalam cerpennya yaitu jika seorang pembaca tidak jeli dalam memahami setiap kalimat  dari cerpernnya, maka permbaca tidak akan mengerti pesan yang terkandung dalam cerpen ini. Banyak kata-kata sulit yang ia tuliskan.

Kepanjen, 30 September 2013
          Resentator,
           
        Afif Rohman


No comments:

Post a Comment