Thursday, August 28, 2014

Resensi Buku Hadiah dari Rantau

Suka Duka di Perantauan

Judul               : Hadiah dari Rantau                                                  
Pengarang       : Ismet Fanany
Penerbit           : Angkasa
Cetakan           : Pertama
Tahun terbit    : 2000
Tebal buku      : 176 halaman
                   Hadiah dari Rantau adalah salah satu  judul kumpulan cerpen  karya Ismet Fanany, seorang cerpenis sekaligus kolumnis yang lahir di Kotapanjang, di luar kota Batusangkar , Sumatera Barat pada 9 April 1952. Dia menyelesaikan pendidikan Program Doktor di Cornell University, Amerika Serikat. Saat ini bertugas sebagai dosen dan pimpinan pada Indonesian Languange and Culture Studies, Faculty of Art , Deakin University, Melbourne, Australia. Karya-karyanya banyak dipublikasikan di Harian  KOMPAS. Cerpennya terpilih sebagai cerpen terbaik KOMPAS tahun 1996 dan 1997. Bersama istrinya, Rebecca Fanany , menulis buku The Wisdom of Malay Proverbs.
                   Secara keselurhan tema yang diangkat dalam kumpulan cerpen ini adalah kebiasaan suku Minangkabau yaitu merantau. Kenyataan sosial itu menjadi pondasi kumpulan cerpen ini.
                   Salah satu judul cerpennya adalah Terima Kasih, John. Cerpen ini bercerita tentang kebaikan hati Pak Iskandar. Sebagai ketua program bahasa Indonesia di universitas raksasa di Amerika Serikat, selama beberapa tahun belakangan hamper tiap tahun dia member kesempatan kepada orang-orang Indonesia datang ke universitas itu untuk menjadi guru tamu. Kebaikan hati Pak Iskandar menjadikan ia seseorang yang disegani diantara orang-orang yang menjadi dosen di universitas itu.
                   Cerpen selanjutnya adalah Si Pelukah. Julukan Si Pelukah di berikan kepada seorang pemuda bernama Zulman . Dia terpaksa berhenti sekolah karena 2 tahun tidak naik kelas sekaligus keterbatasan biaya. Dia setiap hari membantu bapaknya bekerja mencari belut di sawah dengan menahan lukah, sebab itulah dia mendapat julukan Si Pelukah. Sejak ayahnya meninggal, dia menjadi tulang punggung keluarga. Kemudian , dia ditawari oleh Pak Haji untuk menikahi cucunya, namun tawaran itu ditolaknya karena masih belum mampu mencari pekerjaan yang mapan. Ketika ada pupuk dari pemerintah yang membawa dampak buruk bagi pekerjaanya sebagai pelukah, dia pun terpaksa menjadi pengangguran karena persawahan di desanya tercemar oleh pupuk tersebut. Dan hal tersebut menjadikan dia menyesal telah menolak tawaran Pak Haji untuk menikahi cucunya sebelum pupuk dari pemerintah itu menghancurkan profesinya.
                   Cerpen berikutnya berjudul Ujung Sebuah Pelarian. Cerpen ini menceritakan tentang seorang anak gadis yang bernama Yuslini yang berprofesi sebagai penari. Karena bakat menarinya, ia pun mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Jakarta. Ia pun terkenal, hingga pada suatu hari usai pentas, ia diwawancari oleh seorang reporter koran berusia 40 tahun-an yang bernama Darius. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengenal lebih jauh dan akhirnya jatuh kedalam perbuatan hawa nafsu yang menodai kesucian masing-masing karena keduanya memiliki perangai yang sejenis. Hingga kenyataan yang harus dihadapi adalah, Yuslini yang berusia 25 tahun adalah putri dari Darius sendiri.
            Judul cerpen berikutnya adalah Kalimantang. Kisah ini bercerita tentang getirnya kehidupan seorang pria bernama Majid yang harus bekerja keras menghidupi anak istrinya di Jakarta. Suatu ketika ia merasa jenuh, menggigil ketakutan. Ia menceritakan yang ia alami pada istrinya. Dulu saat ia muda, ada seorang pria berkeluarga bernama Asa yang bekerja sebagai petani namun gantung diri karena tak sanggup lagi menahan kemelut hatinya melewati hidup yang tidak pernah berubah. Istrinya berkeras menasehati suaminya agar tidak meniru hal seperti itu. Hingga suatu ketika ia pulang kerja, ia tetap memikirkan masa lalu itu. Tiba-tiba bayangan mengenai kejadian itu muncul ketika kalimantang menyiram kaca mobilnya menghalangi pandangannya. Kecelakaan itu merenggut nyawanya. Tak jauh tragis dengan Asa.
            Cerpen-cerpen yang disuguhkan dalam buku ini cukup bervariasi sehingga menyegarkan pengetahuan pembaca.  Buku ini juga melukiskan tradisi ketimuran yang unik tentang manusia dan nilai-nilai persentuha antarbudaya. Beberapa cerpen memotret persoalan kemanusiaan yang terombang-ambing dalam pergeseran kebudayaan tersebut. Tidak terlalu menonjolkan  majas dan perumpamaan seperti cerpen kebanyakan. Pencitraan latarnya pun cukup jelas dan variatif.
            Namun ada beberapa istilah atau nama tempat asing yang mungkin agak sulit dipahami pembaca awam, yaitu tempat-tempat yang latarnya di luar negeri, khususnya Amerika dan Australia. Sehingga agak sulit dibayangkan langsung oleh pembaca. Selain itu, ada pula beberapa cerpen yang butuh pemahaman yang cukup tinggi untuk tidak terkecoh dan awal cerita yang langsung percakapan dengan logat melayu.

                                                                Kepanjen, 27 September 2013
                                                                               Resentator,


                                                                      Anita Putri Kurnia Sari

No comments:

Post a Comment