Suka Duka di Perantauan
Judul : Hadiah dari Rantau
Pengarang : Ismet Fanany
Penerbit : Angkasa
Cetakan : Pertama
Tahun terbit : 2000
Tebal buku : 176 halaman
Hadiah dari Rantau adalah salah satu judul kumpulan cerpen karya Ismet Fanany, seorang cerpenis
sekaligus kolumnis yang lahir di Kotapanjang, di luar kota Batusangkar ,
Sumatera Barat pada 9 April 1952. Dia menyelesaikan pendidikan Program Doktor
di Cornell University, Amerika Serikat. Saat ini bertugas sebagai dosen dan
pimpinan pada Indonesian Languange and Culture Studies, Faculty of Art , Deakin
University, Melbourne, Australia. Karya-karyanya banyak dipublikasikan di
Harian
KOMPAS. Cerpennya terpilih sebagai cerpen terbaik KOMPAS tahun 1996 dan 1997. Bersama
istrinya, Rebecca Fanany , menulis buku The
Wisdom of Malay Proverbs.
Secara keselurhan tema yang diangkat dalam
kumpulan cerpen ini adalah kebiasaan suku Minangkabau yaitu merantau. Kenyataan
sosial itu menjadi pondasi kumpulan cerpen ini.
Salah satu judul cerpennya adalah Terima Kasih, John. Cerpen ini bercerita
tentang kebaikan hati Pak Iskandar. Sebagai ketua program bahasa Indonesia di
universitas raksasa di Amerika Serikat, selama beberapa tahun belakangan hamper
tiap tahun dia member kesempatan kepada orang-orang Indonesia datang ke
universitas itu untuk menjadi guru tamu. Kebaikan hati Pak Iskandar menjadikan
ia seseorang yang disegani diantara orang-orang yang menjadi dosen di
universitas itu.
Cerpen selanjutnya adalah Si Pelukah. Julukan Si Pelukah di berikan kepada seorang pemuda
bernama Zulman . Dia terpaksa berhenti sekolah karena 2 tahun tidak naik kelas
sekaligus keterbatasan biaya. Dia setiap hari membantu bapaknya bekerja mencari
belut di sawah dengan menahan lukah, sebab itulah dia mendapat julukan Si
Pelukah. Sejak ayahnya meninggal, dia menjadi tulang punggung keluarga.
Kemudian , dia ditawari oleh Pak Haji untuk menikahi cucunya, namun tawaran itu
ditolaknya karena masih belum mampu mencari pekerjaan yang mapan. Ketika ada
pupuk dari pemerintah yang membawa dampak buruk bagi pekerjaanya sebagai
pelukah, dia pun terpaksa menjadi pengangguran karena persawahan di desanya
tercemar oleh pupuk tersebut. Dan hal tersebut menjadikan dia menyesal telah
menolak tawaran Pak Haji untuk menikahi cucunya sebelum pupuk dari pemerintah
itu menghancurkan profesinya.
Cerpen
berikutnya berjudul Ujung Sebuah Pelarian. Cerpen ini menceritakan
tentang seorang anak gadis yang bernama Yuslini yang berprofesi sebagai penari.
Karena bakat menarinya, ia pun mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan
di Jakarta. Ia pun terkenal, hingga pada suatu hari usai pentas, ia
diwawancari oleh seorang reporter koran berusia 40 tahun-an yang bernama
Darius. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengenal lebih jauh dan
akhirnya jatuh kedalam perbuatan hawa nafsu yang menodai kesucian masing-masing
karena keduanya memiliki perangai yang sejenis. Hingga kenyataan yang harus
dihadapi adalah, Yuslini yang berusia 25 tahun adalah putri dari Darius
sendiri.
Judul cerpen
berikutnya adalah Kalimantang. Kisah ini bercerita tentang getirnya
kehidupan seorang pria bernama Majid yang harus bekerja keras menghidupi anak
istrinya di Jakarta. Suatu ketika ia merasa jenuh, menggigil ketakutan. Ia
menceritakan yang ia alami pada istrinya. Dulu saat ia muda, ada seorang pria
berkeluarga bernama Asa yang bekerja sebagai petani namun gantung diri karena
tak sanggup lagi menahan kemelut hatinya melewati hidup yang tidak pernah
berubah. Istrinya berkeras menasehati suaminya agar tidak meniru hal seperti
itu. Hingga suatu ketika ia pulang kerja, ia tetap memikirkan masa lalu itu.
Tiba-tiba bayangan mengenai kejadian itu muncul ketika kalimantang menyiram
kaca mobilnya menghalangi pandangannya. Kecelakaan itu merenggut nyawanya. Tak
jauh tragis dengan Asa.
Cerpen-cerpen
yang disuguhkan dalam buku ini cukup bervariasi sehingga menyegarkan pengetahuan
pembaca. Buku ini juga melukiskan tradisi ketimuran yang unik tentang
manusia dan nilai-nilai persentuha antarbudaya. Beberapa cerpen memotret
persoalan kemanusiaan yang terombang-ambing dalam pergeseran kebudayaan
tersebut. Tidak terlalu menonjolkan majas dan
perumpamaan seperti
cerpen kebanyakan. Pencitraan latarnya pun cukup jelas dan variatif.
Namun ada beberapa
istilah atau nama tempat asing yang mungkin agak sulit dipahami pembaca awam,
yaitu tempat-tempat yang latarnya di luar negeri, khususnya Amerika dan
Australia. Sehingga agak sulit dibayangkan langsung oleh pembaca. Selain itu,
ada pula beberapa cerpen yang butuh pemahaman yang cukup tinggi untuk tidak
terkecoh dan awal cerita yang langsung percakapan dengan logat melayu.
Kepanjen,
27 September
2013
Resentator,
Anita
Putri Kurnia Sari
No comments:
Post a Comment