Thursday, August 28, 2014

Resensi Buku Seribu Kuanang-kunang di Manhabattan

Arti Sebuah Kehidupan

Judul               : Seribu Kunang-Kunang di Manhabattan
Pengarang       : Umar Kayam
Editor              : Safrizar
Tahun Terbit   : 2004
Penerbit           : Pustaka Utama Grafiti
Cetakan           : Cetakan III, Agustustus 2004
Halaman          : 260 Halaman
Tebal Buku     : 19 cm
Inilah salah satu karya sastra yang berupa kumpulan cerpen dari Umar Kayam, pria kelahiran  30 April 1932, Ngawi, Jawa Timur dan meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 16 Maret 2002. Beliau pernah meraih gelar Doctor of Philosophy dari Cornell University, Amerika Serikat. Kemudian beliau juga mengajar sebagai guru besar di Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada, sampai tahun 1997.
Salah satu cerpen yang menarik dari karya kumpulan cerpennya yaitu berjudul Chief Sitting Bull. Cerpen ini menceritakan tentang seorang kakek yang bernama Charlie yang ditelantarkan oleh  menantunya, Marie. Ketika Charlie sedang bekerja di kebun binatang, ia bertemu dengan Martha , yaitu nenek Tommy, anak kecil yang dekat dengan Charlie. Itulah pandangan pertama Charlie jatuh cinta dengan Martha, nenek Tommy.
Selain itu cerpen yang tak kalah menariknya yaitu cerpen yang berjudul Three Goes Tatum. Cerpen ini menceritakan tentang perjalanan seorang lelaki muda di New York. Ini merupakan pengalaman pertama ia jalan-jalan di Riverside Park, New York. Ketika ia tiba di Riverside Park, tiba-tiba ada seorang pengemis yang menghampirinya kemudian meminta uang 5 cents untuk beli Hero-sandwich salami sebesar guling. Akan tetapi ia tak mau memberikan uang 5 centsnya untuknya. Karena lelaki muda itu tak mau memberikan uangnya, pengemis itu merampok tasnya dan melarikan diri. Ketika lelaki muda itu mengejarnya, ia bertemu dengan perampok lain. Setelah jam tangan miliknya dirampok oleh perampok, ia segera kembali ke Wangshiton Square untuk menyelamatkan diri.
Judul cerpen yang berikutnya yaitu Musim Gugur Kembali di Connecticut, diman cerpen tersebut menceritakan tentang kehidupan mantan narapidana yang bernama Tono. Sebelum ia dipenjara, kehidupan rumah tangganya tidak harmonis. Namun setelah bebas dari penjara kehidupannya berubah. Ia menjadi seorang kepala rumah tangga yang sangat perhatian dan menyayangi istrinya. Dan Tono mempunyai kesibukan baru yaitu sebagai penulis buku klasik Jawa.
Cerpen yang berjudul Bawuk ini sangat mengaharukan. Cerpen ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Bawuk. Bawuk adalah seorang putri bungsu keluarga Suryo, yaitu putri seorang priyayi Jawa. Setelah dewasa, Bawuk menikah dengan Hasan, seorang aktivis partai komunis. Ketika peristiwa G 30 S/PKI, Hasan yang ikut terlibat dan terus dikejar tentara. Maka Bawuk dan kedua anaknya terpaksa meninggalkan suaminya sendirian. Mereka pergi ke kota, ke tempat Ibu Bawuk untuk menyelamatkan diri dari tragedi G 30 S/PKI.
Kumpulan cerpen Umar Kayam yang berjudul Seribu Kunang-Kunang di Manhabattan mempunyai keunggulan yaitu bahasanya mudah dipahami, terdapat banyak nilai moral dan perjuangan hidup serta cerita cerpen tersebut konfliknya itu membuat penasaran sehingga pembaca ingin segera menyelesaikan membaca isi ceritanya. Namun sayangnya, di dalam isi cerpen tersebut ada beberapa kata yang tidak baik untuk diucapkan selain itu juga terdapat bacaan untuk melakukan hubungan seksual.
Oleh karena itu, buku kumpulan cerpen karya Umar Kayam yang berjudul Seribu Kunang-Kunang di Manhabattan ini hanya boleh dibaca oleh kalangan orang dewasa saja karena didalamnya terkandung unsur-unsur kehidupan  yang tidak baik, sehingga tidak boleh dibaca oleh anak-anak dibawah 17 tahun.
                                                    
                                                         Kepanjen, 27 September 2013
                                                                           Resentor,


                                                                      Ayu Dewi Sinta

No comments:

Post a Comment