Thursday, August 28, 2014

Resensi Buku Kacamata Tanpa Bingkai

LIKA LIKU KEHIDUPAN
 

 Judul                    : Kacamata tanpa Bingkai
Pengarang            : Sori Siregar
Tahun Terbit        : 2004
Penerbit               : Kreasi Media Utama dan Nusa
                              Agung, Jakarta
Cetakan               : Pertama, 2004
Tebal Buku          : 136 halaman


              Soni Siregar di lahirkan di Medan tahun 1939. Ia merupakan salah satu cerpenis Indonesia. Ia mulai mengarang sejak taun 1960. Tahun 1966-1970 ia bekerja di seksi bahasa inggris, RRI Nusantara III Medan. Pada tahun 1970-1971 ia mendapat beasiswa dari The Asia Foundation untuk mengikuti non-degree program di International Writing Program, The University of lowa, lowa City, lowa, USA. Selain menulis cerpen dan novel, ia juga menulis kolom di beberapa media, seperti Tempo, Maha, dan lain – lain. Salah satunya yaitu buku kumpulan cerpen Kacamata Tanpa Bingkai.
              Buku ini terdapat beberapa cerpen yang menarik, salah satunya yaitu Bisu . Cerpen ini menceritakan tentang dua orang pemuda yang memilih berdiam diri karena mereka menganggap bahwa dengan membisu mereka telah banyak tertolong. Dan pada suatu hari dua pemuda itu menyadari bahwa dengan membisu mereka telah berada di alam mati. Seorang tokoh bernama Borga memilih untuk meninggalkan kebiasaan membisu dan memulai hidupnya dengan berbicara, akan tetapi sosok tokoh “Aku” tetap pada pendiriannya yaitu membisu dikarenakan untuk memilih jalan yang termudah dan teraman.
              Kacamata Tanpa Bingkai merupakan salah satu cerpen yang mempunyai kesamaan judul dengan buku ini. Keunikan dari cerpen ini yaitu menekankan pada judul yang di angkat pada buku tersebut. Kacamata Tanpa Bingkai  mengisahkan tentang paman Cortinez dan tokoh “Aku”, dimana mereka selalu berdebat membahas segala sesuatu dari dua sisi yang berbeda.Tidak hanya berdebat dari satu sisi saja, tetapi dari sisi lainnya. Dalam cerpen ini penulis ingin menyampaikan  pesan bahwa dalam menjalankan kehidupan di perlukan adanya pembaharuan dengan menilai sesuatu hal dari dua sudut pandang yang berbeda seperti kalimat yang tertera dalam cerpen ini.
              Di buku ini terdapat satu cerpen yang berjudul Lilin. Cerpen ini menggambarkan tentang kehidupan seorang ibu penjual kacang goreng yang menantikan akan kehadiran sosok Sunarsa. Ibu penjual kacang goreng ini terus menanti tanpa berusaha mencarinya. Sang suami yang beranggapan bahwa ia telah bertanam si atas tanah yang mandul yang tak akan tumbuh sosok Sunarsa  telah pergi lantaran kekecewaannya terhadap sang istri. Suatu hari ada seorang pemuda yang berkunjung dimana ia telah rela menggantikan dan menjadi sosok Sunarsa yang telah lama ia impikan.
              Dan yang terakhir yakni cerpen dengan judul Jurang. Cerpen ini menceritakan tentang kepulangan seorang pemuda dari daerah rantauan ke kampung halamannya, dimana pemuda itu telah bertahun-tahun tinggal di daerah perantauan dan telah menemukan sesuatu yang ia sangat butuhkan. Pemuda ini di banggakan oleh teman-teman seumurnya lantaran perubahan cara berfikir dan sikapnya. Tetapi pemuda ini tidak mau akan sikap teman-temannya yang menurutnya sangat berlebihan dimana sebenarnya sikap dan cara berfikirnya tidak jauh lebih baik dari teman-temannya itu.
              Buku kumpulan cerpen ini sangat menarik dengan tema kehidupan yang beraneka ragam, tetapi buku ini sebagian bahasanya ada yang sulit di mengerti dan ada pula cerita yang sulit di pahami sehingga harus di baca dengan teliti bahkan di baca berulang-ulang. Buku ini cocok di baca oleh seluruh lapisan masyarakat baik remaja, dewasa, maupun orang tua. 

Kepanjen, 30 September 2013
               Resentator,
       

          Vina Mutammima

No comments:

Post a Comment